Pastor Otis Clark adalah contoh hidup dari orang hidup karena kekuatan Roh Kudus. Ia memiliki pengalaman lebih dari setengah abad dalam memberitakan kabar baik kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan.
Clark, penginjil tertua di dunia, dikenal sebagai anggota gereja dari Azusa Street Mission di California dan bahkan ia dibaptis di gereja dimana ia melayani saat ini.
Sejak pertobatannya hingga memasuki usia 107 tahun, Clark tetap setia melayani Tuhan. Bahkan, dalam sebuah wawancara dengan CBNNEws beberapa waktu lalu, pria satu abad ini mengaku terbuka untuk melakukan penginjilan bersama-sama dengan penginjil-penginjil muda di dunia saat ini.
Sejarah Hidup
Clark lahir pada tahun 1903, di Oklahoma yang saat itu belum merupakan negara bagian AS. Pada tahun 1921, ia pindah ke California untuk melarikan diri dari kerusuhan antara ras di Tulsa.
Selama di Los Angeles, Clark menjalani hidup duniawi. Mabuk dan dunia malam adalah kesehariannya. Hingga pada usia menginjak 25, ia harus menerima kenyataan di penjara karena kebiasaan mabuk menegak wiski.
Di saat inilah akhirnya Clark menerima Kristus. Tidak lama setelah lepas dari penjara ia pun mencari gereja, ia pun mencari gereja dan ternyata Tuhan membawanya ke Gereja Azusa. Di Gereja Azusa lah Clark memberi diri untuk dibaptis dan melayani.
Pada saat Azusa Street Mission sedang terjadi, pria ini berada di dalamnya. Bahkan setelah cukup lama berkecimpung di dalamnya, Clark diberikan kesempatan sebagai pemimpin dalam kegerakan yang menjadi asal muasal lahirnya gereja-gereja Pantekosta.
Hidup Kuat
Walaupun sudah lama berkeliling memberitakan injil, baru pada usia 103 Clark dapat melayani di Afrika dimana satu kemudian ia pun pulang ke AS. Rencananya, bulan Juli mendatang ia akan mengunjungi Jamaika untuk bermisi.
Dikarunai usia lebih dari 100 tahun, penginjil berkulit hitam ini tetap terlihat segar. Sampai usia uzurnya, Clark tidak mengonsumsi obat dan tidak pernah berhenti mencari teman. Ia terus memberitakan injil ke seluruh dunia dan mengatakan kepada setiap orang yang diajaknya berbicara bahwa sumber kekuatan manusia terletak pada kehidupan doa yang mereka bangun setiap hari.